08.42

Beberapa Isu Strategis RPJM di Bidang Ekonomi 2010 - 2014

I. PENDAHULUAN.

Kinerja pembangunan sampai dengan tahun 2007, khususnya di bidang ekonomi seperti disajikan dalam Evaluasi Tiga Tahun Pelaksanaan RPJMN 2004 – 2009 yang dilakukan BAPPENAS, sebagian besar sudah menunjukkan kemajuan yang berarti.

Masalahnya, pada tahun 2008 ini perekonomian dunia dihadapkan pada krisis financial global dan ekonomi Indonesia tentu saja terkena pengaruh krisis tersebut.
Makalah ini tidak berbicara tentang krisis tersebut, namun dengan menyadari berlangsungnya krisis akan mempengaruhi capaian RPJMN 2004-2009 dan target RPJMN 2010-2014.

II. TARGET TAHUN 2004 – 2009 DI BIDANG EKONOMI.

Dalam RPJMN periode 2004 – 2009, pembangunan bidang ekonomi termasuk dalam Agenda III, yaitu Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat khususnya pada sasaran pokok pengurangan kemiskinan dan pengangguran.

Target pada sasaran pokok pertama ini adalah menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 % pada tahun 2009 serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka menjadi 5,1 % pada tahun 2009 dengan didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga. Kemiskinan dan pengangguran diatasi dengan strategi pembangunan ekonomi yang mendorong pertumbuhan yang berkualitas dan berdimensi pemerataan melalui penciptaan lingkungan usaha yang sehat. Untuk mencapai sasaran tersebut pertumbuhan ekonomi diupayakan meningkat dari 5,5 % pada tahun 2005 menjadi 7,6 % pada tahun 2009 atau rata-rata tumbuh sebesar 6,6 % per tahun. Upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ditempuh dengan menciptakan lingkungan usaha yang sehat untuk meningkatkan peranan masyarakat. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi ditingkatkan terutama dengan menggalakkan investasi dan meningkatkan ekspor non-migas Peranan investasi masyarakat dalam PNB diupayakan meningkat dari 16,0 % pada tahun 2004 menjadi 24,4 % pada tahun 2009; sedangkan peranan investasi pemerintah dalam PNB diupayakan meningkat dari 3,4 % pada tahun 2004 menjadi 4,1 % pada tahun 2009. Ekspor non-migas diharapkan meningkat secara bertahap dari 5,5 % pada tahun 2005 menjadi 8,7 % pada tahun 2009.

Sejalan dengan meningkatnya investasi dan daya saing perekonomian, sektor pertanian, industri pengolahan non-migas, dan sektor-sektor lainnya diupayakan tumbuh rata-rata sekitar 3,5 %, 8,6 %, dan 6,8 % per tahun.

III. BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI SAMPAI TAHUN 2007DAN 2008.

Menurut UNDP Indonesia, dalam Laporan Tahunannya mengatakan bahwa tahun 2007 patut dirayakan dimana Indonesia berhasil meningkatkan statusnya menjadi negara dengan pendapatan menengah. Keberhasilan ini berkat meningkatnya pendapatan per kapita pada beberapa tahun belakangan ini. Walaupun pasar dunia berjalan lambat, namun perekonomian Indonesia berjalan dengan baik. Perekonomian naik 6.3%, angka pertumbuhan tertinggi sejak krisis ekonomi yang terjadi akhir tahun 1990an. (lihat Lampiran 1). Utang Indonesia terhadap rasio GDP semakin berkurang, turun dibawah 35% pada akhir 2007 (dibandingkan dengan nilai 80% pada tahun 2000). Devisa negara mencatat angka tertinggi yaitu lebih dari 50 Juta Dolar AS, sementara pasar saham Indonesia merupakan salah satu dari tiga pasar saham terbaik di dunia tahun 2007.

Walaupun demikian, pada akhir 2007, inflasi berada di tingkat teratas dari tingkat inflasi yang ditargetkan Pemerintah (yaitu sebesar 6,6%) dan inflasi pangan diperkirakan sebesar 10,4% pada awal 2008 akibat meningkatnya harga pangan internasional maupun domestik. Angka kemiskinan berkurang dari 17,8% menjadi 16,6% pada tahun 2007 (diukur berdasarkan garis kemiskinan nasional). sedangkan tingkat pengangguran turun dari 10,3% menjadi 9,1%, yang merupakan tingkat terendah sejak tahun 2002 (Penduduk Miskin per Provinsi lihat lampiran 2). Lapangan pekerjaan meningkat sebesar 4,5 juta orang, sedangkan jumlah tenaga kerja meningkat sebesar 3,5 juta orang – ini merupakan angka kenaikan pertama sejak ahun 2001. Meskipun demikian, masih banyak penduduk Indonesia yang rentan terhadap kemiskinan, dimana hampir setengah dari jumlah penduduk Indonesia (110 juta orang) “nyaris miskin” (hanya sedikit di atas garis kemiskinan) atau hidup dengan endapatan kurang dari 2 Dolar AS sehari. Selain itu, sepertiga penduduk Indonesia adalah miskin dan tinggal di daerah pinggiran. Hal ini membuat mereka rentan terhadap harga pangan, yang cenderung meningkat dengan adanya kenaikan harga pangan internasional maupun domestik.

Untuk Tahun 2008, beberapa indikator Ekonomi yang sempat dihimpun menunjukkan hal-hal sebagai berikut:

1. Inflasi
Pada bulan November 2008 terjadi inflasi 0,12 % dengan IHK sebesar 113,90. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang 1,51 % dan terendah terjadi di Maumere 1,63 %. Laju inflasi tahun kalender (Januari-November) 2008 sebesar 11,10 %, sedangkan laju inflasi "year on year" (November 2008 terhadap November 2007) sebesar 11,68 %. Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi relatif sama dengan tahun lalu, antara 11 - 12%. Jika inflasi bulan Desember 2008 sama dengan bulan November 2008, maka inflasi tahun ini sebesar 11,22%, masih lebih rendah 0,46% dari inflasi tahun lalu.

2. Ekspor dan Impor
Nilai ekspor Indonesia Oktober 2008 mencapai US$ 10,81 miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,61 % dibanding ekspor September 2008. Sementara bila dibanding ekspor Oktober 2007 mengalami peningkatan sebesar 4,92 %.
Nilai impor Indonesia Oktober 2008 mencapai US$ 10,61 miliar, turun 5,30 % dibandingkan September 2008. Impor terdiri dari impor migas sebesar US$ 1,88 miliar (17,72 %) dan impor nonmigas sebesar US$ 8,73 miliar (82,28 %). Sedangkan selama Januari-Oktober 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$ 112,17 miliar dengan impor migas sebesar US$ 28,07 miliar (25,02 %) dan impor nonmigas sebesar US$ 84,10 miliar (74,98 %).

Data diatas menunjukkan bahwa ekspor meningkat dari tahun lalu sebesar 26,92% (periode Januari - Oktober), dimana ekspor migas naik 49,87% dan nonmigas naik 21,63%. Peningkatan kegiatan/nilai ekspor impor mencerminkan perekonomian kita lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal yang lebih menggembirakan lagi adalah bahwa peranan ekspor nonmigas kita memberi kontribusi 77,90% dari total ekspor. Dari segi impor, impor non migas memberi kontribusi sebesar 74,98% dari total impor nasional. Ini menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan luar negeri kita semakin mengandalkan sektor nonmigas.

3. Harga Gabah
Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada November 2008 dibandingkan Oktober 2008 untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) keadaannya relatif stabil, kualitas Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan hanya sebesar 0,08 %, sedangkan kualitas rendah/di luar kelompok kualitas mengalami penurunan sebesar 1,50 %.
Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 1.975,- per kg dijumpai di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah (kualitas rendah). Harga tertinggi sebesar Rp 3.400,- per kg dijumpai di Kabupaten Serdang Bedage dan Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara (kualitas GKP).

4. Nilai Tukar Petani
Pada bulan Oktober 2008, Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) tercatat 97,64. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 97,08, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 102,12; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 101,75; dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) 103,01. Secara gabungan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional sebesar 99,20 yang berarti mengalami penurunan sebesar 2,45 % bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Untuk NTP nasional bulan oktober 2008 sebesar 99,20 yang berarti daya beli petani lebih rendah dari pada daya beli petani pada tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan adalah Tahun 2007. Penurunan NTP ini disebabkan terjadinya penurunan harga hasil produksi pertanian, di sisi lain harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian naik.

5. Upah Buruh
Upah nominal harian buruh tani Nasional pada Oktober 2008 naik sebesar 0,25 % dibanding upah September 2008, yaitu dari Rp 35.455,- menjadi Rp 35.554,- per hari. Secara riil mengalami penurunan sebesar 0,33 %

Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada November 2008 naik 1,76 % dibanding upah Oktober 2008, yaitu dari Rp 52.440,- menjadi Rp 53.362,- per hari. Secara riil naik sebesar 1,63 %.

Upah nominal bulanan buruh industri pada triwulan II-2008 naik sebesar 3,39 % dibanding upah triwulan I-2008 yaitu dari Rp 1.189.270,- menjadi Rp 1.229.580,- per bulan, secara riil turun 1,05 %. Dibanding upah triwulan II-2007 (year on year), upah nominal naik 22,50 %.

Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh, dan sebaliknya.

Dari data tahun 2008 tersebut di atas (sampai November 2008), secara umum perekonomian Indonesia belum banyak dipengaruhi oleh krisis global.
Namun untuk tahun 2009, seperti yang diingatkan oleh Gubernur Bank Indonesia, … segenap bangsa Indonesia harus siap-siap menghadapi pertumbuhan ekonomi yang melambat dan berharap semoga pertumbuhan ekonomi tidak terlalu anjlok.

IV. ISU-ISU STRATEGIS DALAM RPJMN 2010 - 2014
Berdasarkan hasil Seminar Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah yang dilangsungkan pada awal Desember 2008 yang lalu, khusus untuk Wilayah Indonesia bagian tengah, beberapa isu strategis di bidang ekonomi adalah sebagai berikut:

Provinsi Jawa Timur:
Isu Lingkungan Hidup dan Manajemen Bencana :
- Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rawan bencana, 200 ribu lebih masyarakat di Jawa Timur berada dalam daerah rawan bencana, yang masing-masing tersebar dalam 40 kabupaten dan Kota. (Dinas Sosial Jatim, 2007)
- Isu bencana alam mendapat perhatian yang cukup besar dari pemrov Jatim, namun masih terdapat beberapa kendala dalam manajemen bencana alam yang dilaksanakan selama ini. Kepedulian terhadap bencana oleh stakeholder pembangunan terutama perusahaan telah ditunjukkan dengan beberapa kegiatan bantuan bencana alam secara langsung/tunai, namun masih bersifat charity, tidak terkoordinir, tidak berkelanjutan, dan kurang memperhatikan penanganan korban setelah bencana.
- Isu Pemberdayaan Masyarakat Miskin :

Untuk menanggulangi kemiskinan dibutuhkan kebijakan yang memihak pada permasalahan masyarakat miskin. Di samping itu, pemerintah, harus bergerak ke arah mendorong perluasan tenaga kerja, baik tenaga kerja potensial yang terdidik maupun tenaga kerja potensial yang kurang terdidik, serta menggerakkan sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja, khususnya tenaga kerja perdesaan. Namun demikian masalah kemiskinan tidak sekedar persoalan tidak adanya lapangan kerja kerja, tetapi sangat kompleks dan multi dimensi, serta merupakan tanggung jawab bersama untuk mengatasinya. Oleh karena itu permasalahan kemiskinan yang multidimensi tersebut masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan di Jawa Timur, peran pemerintah untuk menjamin, melindungi, dan memenuhi hak-hak orang-orang yang tergolong miskin masih sangat dibutuhkan.

V. PENUTUP
Bila diperhatikan hasil Evaluasi BAPPENAS, sebenarnya pemerintah Pusat sudah merumuskan Tindak Lanjut dalam mengakhiri RPJPN 2004 – 2009.
Dalam mempersiapkan RPJMN 2010-2014, perlu diperhatikan arahan Presiden tentang 10 Langkah (direktif ) menghadapi krisis, dan 8 (delapan) grand strategy pembangunan ekonomi ke depan (lampiran 3).
Demikian makalah ini, semoga dapat menjadi bahan dalam diskusi selanjutnya.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Online Casinos | What is the Best Bitcoin Casino? - Casino Ow
What is the Best Bitcoin Casino? — Online 1xbet korean casino games are played online in the form of roulette, blackjack, baccarat, and poker. There 샌즈카지노 are also 인카지노